"If They Can't Learn The Way We Teach, We Teach The Way They Learn" ― O. Ivar Lovaas

Rabu, 21 November 2012

PERAN ORANG TUA BAGI ANAK PENGIDAP AUTIS


Peran orang tua bagi tumbuh kembang anak sangatlah penting. Bagi orang tua, melihat anaknya tubuh dengan baik adalah prioritas. Tetapi menjadi orang tua bagi anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah, ada beberapa peran yang dapat membantu tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus, antara lain dengan:
1.    Memahami keadaan anak apa-adanya
       Jaga hubungan interpersonal yang baik dengan anak. Dengan cara mengasuhnya sendiri  dan minim bantuan dari pihak lain. Karena dalam hal ini orang tua dapat:
  • memahami kebiasaan-kebiasaan anak,
  • menyadari apa yang bisa dan belum bisa dilakukan anak,
  • memahami penyebab perilaku buruk atau baik anak-anak,
  • membentuk ikatan batin yang kuat yang akan diperlukan dalam kehidupan di masa depan.

2.    Mengupayakan alternatif penanganan sesuai kebutuhan anak.
       Hal penting yang perlu diingat oleh setiap orang tua adalah bahwa setiap anak unik dan  memiliki kebutuhan yang berbeda dari anak lain.

  • Bagaimana anak memproses informasi (gaya belajar), bereaksi terhadap sensasi,  merencanakan tindakan, dan merunut perilaku atau pikiran mereka;
  •  derajat kapasitas fungsi emosional, sosial dan intelektual mereka;
  •  pola interaksi dan komunikasi mereka;
  •  kepribadian mereka;
  •  dan pola pengasuhan keluarga mereka.

PENDIDIKAN UNTUK ANAK AUTIS


Pendidikan adalah faktor yang sangat penting bagi masa depan setiap anak. Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan, tak terkecuali anak yang mengidap autis. Tidak semua anak mendapat kesempatan menempuh pendidikannlewat jalur “normal”. Proses belajar pada anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak semudah anak pada umumnya oleh karena itu sekolah khusus adalah solusinya. Ada beberapa bentuk pendekatan penanganan yang dapat sekolah terapkan. Secara umum, penanganan bagi ABK ditujukan untuk :

  • Membantu anak untuk memperoleh kesadaran tentang dirinya
  • Mengembangkan kelebihan dan meminimalkan kekurangannya
  • Mengarahkan anak untuk dapat membantu dirinya sendiri dan mencari jalan keluar dari permasalahannya
  • Dapat mengurus dirinya sendiri (Makan, minum, menggunakan pakaian, BAK dan lain sebagainya)
  • Dapat berbaur dengan teman yang lainnya
  • Dapat mengatur waktu dan hidupnya sendiri
  • Menguasai keterampilan/kemahiran akademis yang memungkinkan hidup dan berkarya secara optimal
  • Dapat melakukan hubungan interpersonal secara efektif

CIRI MAINAN EDUKATIF UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan banyak media yang untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Salah satunya dengan mainan.  Mainan yang digunakan bukanlah mainan sembarangan, tetapi harus bernilai edukatif dan memiliki fungsi terapi. Disebut mainan edukatif karena  mainan tersebut merangsang daya pikir anak dan fungsi terapisnya adalah meningkatkan fungsi motorik anak.

Menurut  Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., psikolog perkembangan dari Fakultas Psikologi UI, yang juga terapis bermain, kategori mainan edukatif adalah sebagai berikut:

1.     Diperuntukkan bagi anak balita

        Yakni mainan yang memang sengaja dibuat untuk merangsang berbagai kemampuan dasar pada balita.

2.     Multifungsi
        Dari satu mainan bisa didapat berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang didapat anak juga lebih beragam.

      3.       Melatih problem solving
        Dalam memainkannya anak diminta untuk melakukan problem solving. Dalam permainan pasel misalnya, anak diminta untuk menyusun potongan-potongannya menjadi utuh.

      4.     Melatih konsep-konsep dasar
        Lewat permainan ini, anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya seperti mengenal bentuk, warna, besaran, juga melatih motorik halus.

5.     Melatih ketelitian dan ketekunan
        Dengan mainan edukatif, anak tak hanya sekadar menikmati tetapi juga dituntut untuk teliti dan tekun ketika mengerjakannya.

6.     Merangsang kreativitas
        Permainan ini mengajak anak untuk selalu kreatif lewat berbagai variasi mainan yang dilakukan. Bila sejak kecil anak terbiasa untuk menghasilkan karya, lewat permainan rancang bangun misalnya, kelak dia akan lebih berinovasi untuk menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja.

ANAK PENDERITA AUTISME YANG BERPRESTASI

Rabu, 07 November 2012

ANAK PENDERITA AUTISME YANG BERPRESTASI DI DUNIA

Jangan malu memilik anak autis, karena anak autispun bisa maju dan sukses, asalkan penanganannya benar.

Banyak anak autisme berhasil menjadi orang sukses :
  1. London eye : kanvas seukuran 12 ft dengan detail gambar seluas 7 mil kota LONDON dari Canary Whalf sampai dengan London Tower yang dilukisnya hanya berdasarkan ingatanya setelah ia naik helikopter hanya sekali perjalanan.(Dia adalah Stephen Wiltshire, pria berusia 33 tahun yang telah di diagnosis menderita autis sejak umur 3 tahun).
  2. Hikari Oe : seorang komposer terkenal di jepang
  3. Sue robin : seorang yang mendokumentasikan tentang autisme di dunia, diapun seorang penyandang autis
  4. Virginia woolf : seorang penulis yang menulis sambil berdiri
  5. Leonardo Da vinci : seorang pelukis, lukisan monalisa, berhasil menamatkan sarjana dan iapun memeliki kecendrungan autisme.
  6. Oscar yura dompas : seorang penyandang autis berasal dari Indonesia yang berhasil meraih rekor muri karena menjadi seorang sarjana dan penulis buku "Autistic Journey dan The Life of the Autistic Kid Who Never Gives Up yang juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul Menaklukkan Autis. "

"mungkin kami kaum minoritas, maka dari itu kami di anggap berbeda dan aneh. tapi kami mempunyai mimpi dan bakat yang luar biasa, yang bisa menaklukan dunia"

Jangan anggap remeh anak "autis"

PENANGANAN DAN TERAPI BAGI PENDERITA AUTISME

Tujuan dari penanganan pada penyandang autisme adalah:
  • Membangun komunikasi dua arah yang aktif,
  • Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga
  • Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar,
  • Mengajarkan materi akademik, serta,
  • Meningkatkan kemampuan Bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain.

Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui cara menunjuk jari, menggunakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata. Program intervensi dini menawarkan pelayanan pendidikan dan penanganan untuk anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik atau kognitif.
Beberapa Jenis terapi yang bisa dilakukan pada anak autisme adalah sebagai berikut:
a.    Terapi perilaku
Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis.
Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu keharusan, karena anak autis mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.
Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar

b.    Terapi biomedik
Pada masa remaja, beberapa perilaku agresif bisa semakin sulit dihadapi dan sering menimbulkan depresi. Kadang obat-obatan bisa membantu meskipun tidak dapat menghilangkan penyebabnya. Haloperidol terutama digunakan untuk mengendalikan perilaku yang sangat agresif dan membahayakan diri sendiri. Fenfluramin, buspiron, risperidon dan penghambat reuptake serotonin selektif (fluoksetin, paroksetin dan sertralin) digunakan untuk mengatasi berbagai gejala dan perilaku pada anak autis.

c.    Sosialisasi ke sekolah regular
Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah formal sesuai dengan umurnya dengan tidak meninggalkan terapi perilakunya.

d.    Sekolah (Pendidikan) Khusus
Pada sekolah (pendidikan) khusus ini dikemas khusus untuk penyandang autis yang meliputi terapi perilaku, wicara dan okupasi, bila perlu dapat ditambahkan dengan terapi obat-obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.

Program pendidikan untuk anak autis sangat terstruktur, menitikberatkan kepada kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik pengelolaan perilaku positif. Strategi yang digunakan di dalam kelas sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga anak memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu berbeda.  Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi okupasional dan terapi fisik merupakan bagian dari pendidikan di sekolah anak autis. Keterampilan lainnya, seperti memasak, berbelanja atau menyebrang jalan, akan dimasukkan ke dalam rencana pendidikan individual untuk meningkatkan kemandirian anak. Tujuan keseluruhan untuk anak adalah membangun kemampuan sosial dan berkomunikasi sampai ke tingkat tertinggi atau membangun potensinya yang tertinggi.

BAHAN MAKANAN UNTUK ANAK PENDERITA AUTISME

BAHAN MAKANAN YANG DIHINDARI :

  • Susu sapi dan bahan olahannya
  • Tepung terigu, oats (untuk yang alergi gluten)
  • Tepung maizena atau tepung lainnya sebagai pengental
  • Margarine kacang tanah, almond (beserta produk olahannya), jika alergi
  • Garam
  • Gula pasir

BAHAN MAKANAN PENGGANTI :
  • Susu kedelai, susu almond, susu kacang hijau
  • Tepung beras merah, tepung beras, tepung kedelai, tepung spelt, rye, guinoa
  • Tepung tapioka, tepung kentang, tepung beras
  • Margarine tak terhidrogenasi
  • Pustachio, kacang mete, walnut, pecan, hazelnut, biji wijen, biji bunga matahari, biji labu kuning
  • Gunakan garam bagian dari jumlah yang tertera di resep
  • Fruktosa (gula buah), madu, sirup beras, molases, sirup maple, sirup konsentrat
  • Buah-buahan Makanan Kesukaan Anak Autis

Makanan Kesukaan Anak Autis

Salah satu kekhasan pada anak autistik ialah adanya reaksi alergi pada suatu bahan, seperti gluten yang terdapat pada tepung terigu dan kasein pada susu, selain juga gula, telur dan banyak makanan lainnya. Parahnya lagi, sebagian besar makanan yang disajikan di restoran atau yang dijual siap saji banyak memakai bahan yang tidak bisa dicerna oleh anak autistik.

Ada beberapa jenis makanan yang umumnya disukai oleh anak-anak autistik. Tetapi, karena tidak bisa membeli makanan yang sudah jadi, mau tidak mau Anda sebagai orangtua anak autistik, harus membuatnya sendiri di rumah. Sebenarnya tidak terlalu merepotkan, hanya saja Anda perlu tahu memilih bahan pengganti yang tepat. 
Contohnya :
  • Pasta: gunakan pasta (macaroni, spaghetti,fettucini) yang bebas gluten (terbuat dari tepung beras dan tepung jagung/cornmeal ), sebisa mungkin sausnya memakai bahan segar (jangan simpan terlalu lama).
  • Sosis atau burger: Sosis atau burger siap beli umumnya memakai bahan pengawet dan bahan adiktif lainnya. Anda bisa membuat si buah hati sosis tiruan dari daging giling.
  • Es krim: kebanyakan memakai susu. Sebaiknya Anda membuat es krim dari bahan buah-buah segar. Pilih buah yang masak pohon, jadi tidak perlu menambah pemanis lagi.
  • Cake: Bisa dibuat dari tepung beras, tepung arrowroot, atau tepung beras gluten (gluten free flour mix), sedangkan telur diakali dengan bahan pengganti telur. Hasilnya cukup memuaskan dengan tekstur mirip cake.
  • Camilan yang Renyah: ini merupakan camilan favorit anak autistik, bisa dibuat dari tepung kanji, tepung beras, tepung arrowroot, tepung ketan.

SEMINAR DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI PEDULI AUTIS SEDUNIA


SEMINAR DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI PEDULI AUTIS SEDUNIA 2013


VIDEO TERAPI LUMBA-LUMBA


TERAPI LUMBA-LUMBA UNTUK ANAK PENDERITA AUTISME DAN ATAU DOWN SYNDROME









Hal apa yang membuat terapi lumba-lumba baik bagi anak penderita autisme?
Lumba-lumba mempunyai gelombang sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter. Itu sebabnya beberapa ahli menyatakan terapi lumba-lumba baik untuk para penderita gangguan saraf. Terapi lumba-lumba bahkan disebut mampu meningkatkan kemampuan bicara dan keahlian motorik anak autistik. 

Apa sih manfaat dan tujuan dari terapi lumba-lumba untuk anak penderita autisme?
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas sensori anak. Dalam program yang berlangsung di kolam renang dengan lumba-lumba ini, terapis akan membantu anak-anak autisme. Anak-anak akan diminta untuk berenang, menyentuh, memberi makan atau mengelus-elus hewan tersebut. Selanjutnya terapis akan bekerja dan membantu pada area tertentu seperti berbicara, bertingkah dan keahlian motorik. Terapis akan mendisain program sesuai dengan kebutuhan anak. Terapi lumba-lumba ini tidak bisa menyembuhkan sepenuhnya. Tetapi bisa meredakan beberapa gejala autisme dengan cara menguatkan proses penyembuhan mereka. Para peneliti yang mengambil sampel darah sebelum dan sesudah anak melakukan terapi menemukan adanya perubahan hormon endorphin dan enzim-enzim serta T-cells. Akan tetapi, proses perubahan ini, menurut peneliti, belum diketahui penyebab pastinya. Penelitian mengenai lumba-lumba dan autisme ini terus dilakuan, tetapi para ilmuwan juga telah menemukan beberapa hipotesis bahwa menyatu dan bermain dengan lumba-lumba akan membangkitkan respon emosional yang mendalam dan memicu pelepasan perasaan dan emosi yang mendalam. para peneliti meyakini, anak-anak lebih responsif terhadap terapi karena mereka bermain di lingkungan yang menyenangkan. Mereka termotivasi untuk menyelesaikan tugas, mereka gembira sehingga lebih memperhatikan tugas yang diberikan terapis. Selain itu, lumba-lumba dinyatakan bisa merasakan area yang tidak berfungsi penuh dan trauma fisik di tubuh manusia dan mereka memotivasi anak-anak untuk menggunakan area-area ini.

Bagaimana sih proses terapi lumba-lumba untuk anak penderita autisme?
Anak penderita autisme berenang bersama para lumba-lumba namun dengan pemandu khusus yang telah memahami betul cara dan metode terapi lumba-lumba. Dimana anak diberi pelatihan, melakukan berbagai gerakan sesuai arahan pemandunya. Memang membutuhkan perhatian dan kesabaran khusus baik bagi si pemandu, anak juga para orang tua dalam mencapai perkembangan positif bagi si anak. Lihat video ....



Bagaimana Hasil Setelah Melakukan Terapi Lumba-Lumba Secara Rutin?
Anak penderita autisme menjadi lebih senang dan asyik berenang dan bermain air, lebih fokus, dan lebih relaks.
Anakianak penderita autisme bisa menerima stimulasi dan mulai ada perhatian baik dalam merespon dan pada saat menyampaikan apa yang mereka inginkan.

MENGENALI CIRI – CIRI ANAK AUTIS ATAU DOWN SYNDROME




Anak adalah karunia terbesar yang Allah SWT berikan. Apa yang Allah SWT berikan memiliki rahasia dibalik semuanya, baik pelajaran hidup, rasa syukur dan merupakan amanah yang harus dijaga. Ada anak yang Allah berikan dalam keadaan normal ada pula anak yang terlahir “istimewa”, salah satunya adalah anak yang menderita autisme dan atau down syndrome. Bagi orang tua yang mendapatkan titipan yang istimewa dari Sang maha Pencipta, janganlah pernah merasa sedih, stress dan mudah menyerah. Kunci utama yang harus dimiliki bagi para orang tua dalam menghadapi karunia Allah SWT adalah selalu ikhlas, yang mana nantinya buah hati “istimewa” anda dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan keaadaan mental anak kita dalam keadaan prima dan bahagia. Bagi orang tua, untuk mengenali ciri-ciri anak yang menderita autisme dan atau down syndrome, dapat anda kenali dengan gejala atau tanda-tanda berikut : Anak yang menderita autisme mempunyai kekhasan yang biasa dilihat secara fisik, selain itu juga dapat dilihat dengan cara pemeriksaan jumlah kromosomnya. Tanda- tanda fisik sangatlah bervariasi, mulai dari yang tampak hingga yang sama sekali tak tampak, minimal tanda-tanda tersebut dapat kenali secara bertahap hingga dapat terlihat dengan jelas.

1. Bentuk kepala anak, yang relative lebih kecil dari ukuran kepala anak normal, dan bagian kepala belakang yang tampak datar.



2. Ukuran hidung kecil dan datar (pesek); hal ini mengakibatkan mereka sulit bernafas.

3.Ukuran mulut kecil, menguncup, dengan lidah yang tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal, yang mengakibatkan ledah sering menjulur keluar.

4. Bentuk mata yang miring dan tidak punya lipatan di kelopak matanya.

5. Letak telinga lebih rendah dari posisi normal dan ukuran telianga lebih kecil; posisi dan ukuran yang tidak normal menyebabkan rentan terserang inferksi telinga.
6. Rambut lurus, halus, tipis dan jarang.
7. Kulit yang kering.

8. Tangan dan jari kaki yang pendek dan ruas kedua jari kelingking miring atau bahkan tidak ada sama  sekali, sedangkan pada orang normal memiliki 3 ruas tulang.

9. Pada telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease. Garis tersebut juga terdapat di kaki mereka, diantara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal, disebut sandal foot.



10.  Otot yang lemah (hypotomus); mengakibatkan pertumbuhan terganggu (terlambat dan proses berguling, merangkak, berjalan berlari dan berbicara).

11. Pertumbuhan gigi geligi yang lambat dan tumbuh tak beraturan sehingga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.


Dengan diketahuinya gejala fisik tersebut diharapkan kepada para orang tua, bidan dan dokter dapat secara dini mendeteksi adanya kemungkinan autisme dan atau down syndrome pada anak, sehingga anak tersebut bisa ditangani lebih dini.